GURU HONOR KABUPATEN GARUT NGAJAK MOGOK NGAJAR

 
Ayo Semua Guru Honor Se-Indonesia
 Kita Mogok Ngajar Selama 1 (Satu) Tahun !!

(Masa Depan Suram Guru Honor di Indonesia)

KELUH Kesah 11.589 orang guru honor di Kabupaten Garut khususnya, dan 1.338.150 orang di Indonesia, sudah berada dibatas kesabaran. Apalagi guru-guru honor masa kerja 15 tahun ke atas. Mungkin tingkat prustasinya sudah di puncak ubun-ubun. Pasalnya, pemberkasan tiap tahun hanya menuai harapan buntu.
            Berganti pemerintahan, tidak berdampak positif bagi kesejahteraan guru-guru sukwan di Negara ini. Padahal jelas, bahwa fungsi guru (apapun statusnya) sangat diperlukan bagi pencapaian sumber daya manusia alias mencerdaskan bangsa. Cenah Indonesia teh beunghar ku sumber daya alam. Tapi rakyatna loba nu sangsara.
            “Bayangkan saja, gajih di bawah  Rp. 150.000 tiap bulan. Punya anak dan isteri, mana bisa mencukupi kebutuhan keluarga tiap hari. Saya yakin, penderitaan ini bukan hanya terjadi pada diri saya saja, tapi bisa jadi  dirasakan oleh 198.572 orang guru honor se-Jawa Barat, “Keluh Jaka (Bukan nama sebenarnya), seorang guru tenaga honor di daerah Desa Karang Sewu, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut..
            Papar Jaka, “Penghasilan dari guru honor bukan penghasilan yang harus diandalkan untuk sumber kehidupan. Kami terpaksa di pedesaan harus banting tulang mencari sumber tambahan. Setiap pagi hari, sebelum berangkat sekolah, kami pergi dulu ke ladang atau ke sawah menelusuri jalan setapak, bertani untuk menghidupi anak dan isteri. Karena makan dan kebutuhan pokok lainnya tidak bisa kami berpuasa selama 5 tahun. Karena saya sering terganggu bertani, pada akhirnya berangkat ke sekolah pun tidak jarang kesiangan. Oleh sebab itu, ayo semua guru honor se-Indonesia kita mogok ngajar selama 1 (satu) tahun!
            Memang apa yang dituturkan Jaka di atas bukan sebuah rekayasa, tapi realitas yang terjadi diberbagai tempat. Pemerintah di negara ini, telah membuat sebuah ketimpangan. Satu sisi menekan kepada semua tenaga pendidik untuk rajin mengajar. Kehadiran 100%. Di sisi lain kesejahteraannya tidak diperhatikan.
            Program-program tunjangan seperti: fungsional, sertifikasi, Gurdacil. Belumlah bisa mengakomodir seluruh guru honor. Di sekolah kami hanya beberapa gelintir tenaga sukwan saja  yang dapat tunjangan fungsional, sedangkan sertifikasi 100% didominasi PNS.
            Masa Depan Guru Honor Semakin Suram
Setiap hari motor butut menjadi teman setia Jaka (34 tahun) pergi ke Sekolah. Menelusuri jalan-jalan terjal, berbatu runcing, sepanjang 15 kilo meter. Jaka adalah  satu cerminan dari jutaan tenaga honor di Indonesia. Apalagi di pedesaan, hidupnya jauh di bawah garis kemiskinan. Sekolah pendidikan guru selama  4 (empat) tahun. Belum bisa menyelamatkan dirinya dari derita kemiskinan.
Dan bukan rahasia pribadi lagi, jika banyak mafia berkeliaran menawarkan jasa mengeluarkan selembar SK PNS seharga Rp. 80.000.000-Rp.120.000.000. Bahkan banyak calon PNS tertipu, dampak dari sistem perekrutan CPNS yang amburadul tersebut. Pemerasan dan penipuan seringkali terjadi (Jadi wartawan abal-abal ngaku pejabat Pemda JABAR, ngomong kawas nu heueuh, kuring jadi katipu!) Jadi PNS tidak, uang pun lenyap.

Ijasah Bodong Membawa Berkah
Kalau begitu, apa guna sekolah lama-lama belasan tahun, jika pemerintah tak berdaya dalam penyiapan lapangan kerja yang sesuai dengan pendidikan mereka?! Apa guna pemerintah mendirikan banyak perguruan tinggi, jika tak bertanggung jawab setelah mereka lulus menjadi sarjana?! Sarjana bukanlah sebuah tujuan, tapi bagaimana mereka nanti bisa hidup dan bekerja secara layak. Pada akhirnya mereka menentukan nasibnya sendiri.  Tidaklah sedikit para sarjana yang bekerja lintas pendidikan, sebagai contoh sarjana seni bekerja di Bank. Lebih mending daripada jadi pengangguran.
Sekolah pendidikan guru atau jurusan lainnya, baik lulusan perguruan tinggi negeri atau pun swasta, ---tidaklah menjamin seseorang bisa cepat mencapai apa yang dicita-citakannya. Segudang kemampuan dan geniusnya seseorang di negara ini tak menjadi ukuran bisa sukses, diibaratkan pohon berdaun subur tapi tak berbuah, tak bisa  dinikmati. Kuliah regular, IPK tinggi, cerdas, punya kemampuan akan kalah dengan orang-orang yang bermodalkan ijasah palsu atau ijasah odong-odong (S-I 3 (tiga) bulan dapat gelar Sarjana, bahkan tanpa kuliah sama sekali). Asalkan punya uang 3 (tiga) karung, Ijasah bodong bisa membawa berkah mengantarkan ke status PNS. Allahu Akbar! (Gun Gun Nugraha)***

Cisewu, 30 Juni 2015











Foto: Jaka tenaga honor di kecamatan Cisewu, sedang memperbaiki motornya sebelum berangkat ke sekolah (29/06).





Foto: Jaka mendorong motornya yang mogok ketika mau pergi sekolah (29/06).

Post a Comment

0 Comments