Sejarah Cisewu : Menelusuri Keturunan Dalem Sawidak, Eyang Sukapura

Oleh : Gun Gun Nugraha



KIRA KIRA tahun 1800-an Eyang Sukapura  datang ke Cisewu bersama rombongannya (kira kira 10 orang). Disebut Eyang Sukapura, karena mereka berasal dari Sukapura, Tasikmalaya. Dan merupakan keturunan Dalem Sawidak.  Setibanya di Cisewu, mereka  membuka tempat untuk membangun rumah (Sunda: ngababakan) di dekat sebuah  mata air yang sekarang disebut Balong Sirah Cisewu. Dan rumah ini (dekat jalan perempatan desa)  diduga yang pertama kali didirikan di kampung Cisewu, RW 01, Desa Cisewu tersebut.
            Tinggalah Eyang Sukapura dan keluarganya di tempat itu, sebuah kampung yang masih  sepi dengan rumah-rumah penduduk  saling berjauhan. Kayu-kayu hutan  tegak berdiri di sepanjang jalan setapak dan semua mata air. Eyang Sukapuralah yang diduga menemukan Mata air Balong Sirah Cisewu itu. Sebuah tempat yang mengeluarkan ribuan mata air, sehingga membentuk kubangan besar, dikelilingi kayu-kayu besar
Setelah putranya yang bernama Nata Kusumah dewasa, sudah memiliki istri.  Eyang Sukapura kembali lagi ke Sukapura, sekitar 1832. Tinggal Eyang Nata Kusumah lah yang meneruskan peninggalan beliau. Dan dipercaya bahwa Eyang Nata Kusumah salah satu  pengelola pertama Mata Air “Balong Sirah”. Karena bertambahnya penduduk, Eyang Nata Kusumah memperluas membangun perkampungan. Oleh karena jasa-jasanya beliau diberi Bintang Penghargaan oleh pemerintah Belanda, disebutlah oleh masyarakat“Dalem Bintang”.
Eyang Nata Kusumah menikah dengan warga kampung Kandang Wesi, masih keturunan Sukapura. Setelah anaknya berusia 35 tahunan, dan telah berumah tangga, beliau pindah ke daerah Sumedang.—Sebetulnya keturunan Dalem Sawidak (Sukapura) bukan hanya di Cisewu saja melainkan berpencar dibeberapa tempat, seperti : Kandang Wesi, Cidaun, Jampang kulon, Cikancana, (Sukabumi). Jadi, rombongan Dalem Sawidak setelah tiba di wilayah Selatan Garut, mereka menyebar ke daerah-daerah tersebut.
Eyang Sukapura belum diketahui, entah keturunan ke berapa dari Dalem Sawidak itu.Yang jelas baru terkuak, Eyang Sukapura memiliki putra Eyang Nata Kusumah, Eyang Nata Kusumah memiliki putra Eyang Nata Ami Jaya. Eyang Nata Ami Jaya terus melakukan pembukaan perkampungan, melanjutkan ayah dan kakeknya. Dari saat itulah mulai dikenal nama Cisewu, yang sebelumnya bernama Cileles. Cisewu berasal dari nama mata air yang di waktu itu sudah diperluas oleh beliau, membentuk kolam. Darimana-mana penduduk datang untuk mengambil airnya, yang dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit.
Hidup berpindah-pindah hal yang biasa dilakukan oleh orang-orang dulu, termasuk keturunan Dalem Sawidak: Eyang Sukapura hingga cucu dan buyutnya. Eyang Nata Amijaya pun setelah memperluas perkampungan, beliau pindah tempat (entah ke Ciamis, Sumedang, atau kembali ke Sukapura). Eyang Nata Amijaya punya putra bernama Eyang Nata Praja. Eyang Nata Praja lah yang paling lama tinggal di Cisewu, di tempat inilah beliau diangkat menjadi Kuwu atau sekarang kepala desa, yang dulu Cisewu masih berinduk ke Cidamar, Cidaun. Dan beliau memiliki anak 8 (delapan), antaralain: 1. Dewi Fatimah, 2. Rasmanah (Nek Guru), 3. Nek Mamah (Jakarta) 4. Jaya Wikarta (Cianjur), 5. Nata Ami Jaya (Bandung), 6. Eyang Odo, 7. Nek Ining, 8. Idik Nata Praja (Sukabumi).
1.      Dewi Fatimah memiliki putra: Icang Ma’ruf, Ecep Rukmana, Mus Nata Atmaja, Tatii.
2.      Rasmanah : Tidak memiliki putra.
3.      Nek mamah  memiliki putra : Titi, Cicih.
4.      Jaya Wikarta memiliki putra : Adang Ahmad Basarah
5.      Nata Amijaya memiliki putra 7 (tujuh)
6.      Eyang Odo tidak memiliki putra.
7.      Nek Ining tidak memiliki putra
8.      Idik Nata Praja memiliki putra : Ratih Rahdiawati, Tati Herawati, Bakti Nata Atmajaya.

Begitulah penelusuran saya tentang keturunan Eyang Sukapura, anak dari Dalem Sawidak. Yang diduga pertama membuka perkampungan Cisewu. Tulisan ini merupakan hasil wawancara penulis dengan salahsatu keturunan dari Eyang Sukapura tersebut, yakni Ahmad Rifa’I bin Icang Ma’ruf anak dari Dewi Fatimah binti Nata Praja. Wasallam.***


    
                          Cisewu, 24 Juni 2017 dina mangsa poe terakhir bulan Ramadhan