Gambar Peta Desa Cidamar, Cidaun
A. Asal Mula Cidamar
Kampung tertua di cidamar adalah
didaerah Cipanglay, karena dahulu kampung ini merupakan kampung yang aman.
Disana sebelumnya hanya terdapat dua rumah didaerah Selokan ( Sekarang dibuat
area persawahan ), Cipanglay.
Selanjutnya kedua rumah
tersebut berkembang dan dipindah dari selokan ke pusat Cipanglay yang ada
sekarang. Nama yang pertama kali disematkan untuk wilayah Cidaun adalah
Cidamar. Cidamar dulu merupakan kawedanaan, yaitu Desa Cidaun, Kewedanaan
Cidamar, Kec. Cidaun,sedangkan sekarang Cidamar terbalik menjadi desa, yaitu Des.
Cidamar, Kec. Cidaun, Kab. Cianjur.
Digantinya Desa Cidaun menjadi Desa
cidamar pada tahun 1980 yaitu Desa Cidaun waktu difusi dari 2 Desa menjadi 3
Desa, cikareo dan cidaun di bagi menjadi 3 desa. Yaitu desa cidamar, desa
kertajadi dan desa wangun (wangun jaya sekarang) dan dari situlah nama cidamar
berasal hususnya desa cidamar, sedangkan cidaun sudah ada sejak tahun 1600-an
dan dulu disini juga sudah ada perkampungan tetapi belum mempunyai nama baik
desa kecamatan maupun kewadanaan. Semenjang tahun 1800-an bersatu menjadi satu
padaleman pada tahun 1620 jumlah penduduk cidaun sebanyak 1870 orang. Kemudian
pada tahun 1811 di bentuklah satu pemerintahan yang di sebut dengan padaleman,
sedangkan yang membuka sejarah cidamar berasal dari daerah sukapura putranya
R.Jaya Manggala yang bernama R.Braja Diguna, yang didampingi oleh saudara
saudaranya diantaranya yaitu : R. Baja Diguna dan R. Brajantaka.
Dalam sistem pemerintahannya R.
Braja Diguna ( Eyang Semah Dalem ) menjadi dalem dari tahun 1811-1821, R. Braja
Diguna disemayamkan/dimakamkan Di Panyindangan, sedangkan R. Baja Diguna (
Eyang Ngabehi ) dibidang perekonomian yaitu yang pertama kali membuat saluran
air atau selokan dan juga lahan persawahan, Eyang Ngabehi disemayamkan didaerah
Erang, sedangkan R. Brajantaka ( Eyang H. Kudratullah ) dibidang keamanan dan
ia dimakamkan di Tegal Soreal. Yang kemudian pada tahun 1821 diturunkan oleh
Belanda menjadi Kawadanaan, yaitu Wadana Munggaran R. Indra Wiguna bersama
putranya yaitu R. Pringga Wijaya ( 2 periode ) kemudian setelah habis periode
R. Pringga Wijaya ditunkan lagi menjadi Kecamatan yaitu Kecamatan Cidaun. Yang
mejadi Camat pertama di Cidaun adalah
H. Martado sedangkan Mentri Polis atau petingginya yaitu Singajaya.
Pada waktu Belanda dipimpin oleh
Deandles Belanda diruntuhkan oleh Inggris yang dipimpin oleh Gubernur Raples
yaitu yang mendirikan istana di kebun raya bogor. Pada tahu 1811, Indonesia
mengalami peperangan dan pada waktu itu sultan Cirebon dan Pajajaran Ikut
perang melawan Belanda, karena sultan Cirebon dan pajajaran itu kalah
persenjataan ketika melawan Belanda kemudian sultan Cirebon dan Pajajaran
meminta bantuan kepada kerajaan Mataram.
Pada abad ke 17 pengaruh kerajaan Mataram mulai menyebar dan memasuki
wilayah Jawa Barat yang kemudian Sutan Mataram mengutus 2 rombongan untuk
menyelamatkan wilayah priangan, batas wilayah priangan sampai Citarum, dua
rombongan yang diutus ke Cidaun oleh sultan Mataram itu, yaitu R. Braja Diguna
dan R. Brajantaka. Sedangkan R. Arya Gajah diutus ke wilayah Bandung. Yang
kemudian munculnya budaya didaerah Cidaun khususnya wilayah pemerintahan. Jadi
yang pertama membuka wilyah Cidaun yaitu orang orang Banten. Sedangkan yang
membuka Pemerintahannya yaitu orang orang Sukapaura.
Gambar Pemukiman Desa Cidamar
B. Keadaan Cidamar pada Masa itu
Pada saat terjadi
peperangan antara VOC dengan Kediri didaerah Sunda Kelapa, akibat dari
peperangan tersebut terjadi kerusakan yang parah didaerah Sunda Kelapa, dan
untuk mengisi kekosongan baik penduduk dan hartanya, mereka ( VOC ) datang
kedaerah Cidamar dan merusuh disana. Mereka menculik orang orang Cidamar dan
membawa serta harta mereka.
Setelah Mataram
mendengar hal tersebut, maka diutuslah Eyang Nur Hamin yang ditemani oleh
istrinya Eyang Elang. Mereka mengemban tugas untuk mengamankan daerah tersebut.
Eyang Nur Hamin
mempunyai beberapa keturunan yang menjadi pejabat pejabat di Cidamar
diantaranya Eyang Wija ( jogjogan ), Eyang Harda Diwangsa, Eyang Patra
Dikusuma, Eyang Pitri ( Gunung Sepuh, Hulu Sungai Cidamar ), dan Eyang
Yudarajat ( Cipanglay ).
Keturunan Eyang Nur
Hamin inilah Yang menjadi pembuka daerah cidamar. Setelah itu muncul lagi
gerombolan Amu Hawuk dan Pangeran Genjreng yang merusuh didaerah Cidamar, Eyang
Nur Hamin bergegas untuk mengamankan kampung tersebut. Setelah disara daerah
tersebut aman Eyang Nur Hamin pergi dari daerah cidamar dan dikatakan Eyang
Yudarajatlah yang tinggal dicidamar dan meninggal dicipanglay.
C. Ikhtisar Periodisasi
Perkembangan Cidaun - Cidamar
Berdasarkan pada
penuturan narasumber, maka kami membuat ikhtisar periodisasi perkembangan
masyarakat cidaun berdasarkan perkiraan tahun kejadiannya sebagai berikut :
1. 1980 adalah tahun pergantian dari desa
cidaun ke desa cidamar, pada masa ini terjadi difusi cikareo
dan cidaun dibagi menjadi 3 desa yaitu : desa cidamar, desa kertajadi dan desa
wangun. Sejak masa inilah disebut desa cidamar.
2. 1600-an telah ada perkampungan diwilayah
cidaun hanya saja belum diberi nama
cidaun.
3. 1800-an dibuatlah satu pemerintahan yang
disebut kedaleman keturunan yaitu R.
Braja Diguna atau sering disebut Eyang Sembah Dalem ( Dalem 1811 – 1821 ), R.
Baja Diguna ( Eyang Ngabehi ) yang bergerak dalam bidang pertanian dan
Brajantaka ( Eyang H. Kodratullah ) yang kuburannya di Tegal Soreal yang
bertugas dalam bidang pertanian.
4. Ketika tahun 1857 kerajaan Pajajaran
mengalami keruntuhan, maka terpecahlah masyarakat pajajaran dibagi 2 : ada yang
takluk kepada kerajaan Banten sehingga masuk Islam, ada yang mengungsi
kewilayah pesisir Selatan hingga mereka turun kewilayah Pelabuhan Ratu sebagai
nama yang disematkan untuk mengenang kejayaan Pajajaran dimasa lalu.
5. 1821 status kedaleman Cidamar
dilengserkan oleh Belanda menjadi berstatus Kewadanaan dengan Wadana pertama
bernama R. Indra Wijaya yang dikuburkan di Lembah Luhur, kemudian dilanjutkan
oleh R. Pringga Wijaya. Kemudian setelah 2 periode diperintah oleh 2 Wadana
status kewadanaan diturunkan lagi menjadi Kecamatan Cidaun, Camat pertamanya
adalah H. Martado dengan Mantra Polisi bernama Singajaya. (https://beritacidaun.blogspot.co.id/).
SUMBER
SUMBER
Dari waancara :
1.
Bpk. Edi Sunardi ( Kaum)
2.
Bpk. Basar ( Cipanglay )
3.
Bpk. Ace ( Jogjogan )
0 Comments