Era Kebaruan Dan Gaya Hidup
Siapkah kita untuk menerimanya ?

Oleh : Oki Hermawan

Ketika sebuah keterpurukan menjadi sebuah permasalahan, maka perlu sebuah strategi kebijakan diwujudkan, kebijakan dasar itu muncul dengan menawarkan sebuah gagasan mengenai sebuah kebijakan pemerintah tentang pembangunan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat kita dalam bidang ekonomi, salah satu bentuk refleksinya membuka pasar global.

Sebuah kehidupan era kebaruan merupakan salah satu kunci untuk merumuskan permasalahan bentuk krisis multidimensi atau keterpurukan bangsa kita. Ternyata Satu kata jawaban itu menjadi bentuk pragmentasi yang semakain kompleks, yang pada akhirnya muncul sebuah lingkaran setan yang menyesakan nafas keberadaan eksitensi manusianya itu sendiri, dengan demikian tercipta pula pola-pola kehidupan yang absurd, egosentris, chaos, lumpuhnya rasionalitas, adanya perubahan sosial dsb. Sehingga ini memungkinkan untuk membentuk masyarakat yang hiper-konsumsi. Siapkah kita menerima perubahan ini ?

Dalam era sekarang berbagai macam produk teknologi maupun vesion, hadir dengan hasrat yang menggairahkan, baik dari model kebutuahn primer maupun sekunder. Era kebaruan ini mencitrakan dirinya menjadi sebuah kode-kode digital yang amat canggih, fleksibel, mobile dll. Yang menawarkan beribu-ribu cara yang mudah untuk mendapatkan setiap produk yang ditawarkannya, dengan caranya yaitu menawarkan bentuk-bentuk diskon hingga sampai kredit ( kemudahan yang palsu ). Sadar kah kita, bahwa ini memampukan sebuah hasrat dasar manusia untuk tumbuh dan berkembang dengan mentalitas yang rapuh dan mampu menjadikan agar kita  mudah terperangkap dalam setiap tawaran produknya, dan sadarkah bahwa kita juga telah mematikan pemasaran produk budaya local kita. Kata-kata Cintailah produk dalam negri kini hanyalah sebuah bentuk basa-basi kebijakan yang konyol. Bila kita pikirkan lebih jauh lagi itu adalah sebuah bentuk kearifan yang telah membunuh diri sendiri.
Bagai mana masyarakat yang mempunyai modal kecil ?
“Sebaiknya masyarakat tidak perlu risau, kita harus bangga diri terhadap produk yang kita produksi seperti dalam produk makanan contohnya, bala-bala, gehu, cireng dan combro… ya mungkin hanya itulah yang pantas diproduk oleh masyarakat kita !”  
 
Gaya hidup
Dari sebuah era kebaruan akhirnya lahir gaya hidup yang baruGaya hidup era kebaruan dicirikan sebagai orang kaya baru yang hidup serba glamor. Segala macam produk lebel dikonsumsi, dengan demikian orang jadi bisa menafsir bahwa dia sebagai kaum borjuis. Orang-orang menenteng hp termahal, masuk kepertokoan membeli baju yang harganya selangit, jalan-jalan keluar negri ( hanya sekedar shoping bukan untuk mencari ilmu pengetahuan ) makan direstoran yang ternama, itu semua dijadikan sebuah gaya hidup kebiasaan masyarakat yang hiper-konsumsi, bagi dirinya itu merupakan sebuah  kebanggaan tersendiri. Padahal apabila itu semua dibandingkan dengan  negar lain, Negara kita adalah Negara yang miskin. ( amerika, jepang, Australia, china dll ).
 Dari semua kronologis diatas itu hanya sebagian kecil saja tentang orang kaya baru sesungguhnya diluar sana masih banyak lagi yang harus diperhatiakan lebih serius lagi. Singkatnya bahwa bangsa kita terpuruk karena mentalitas masyarakatnya itu sendiri, bagai mana mau maju dalam hal perekonomian, sedangkan produk-produk luar negri dipasaran semakin mendominasi, jangan-jangan sekarang ini kita masih hidup dijajah ?
Begitu pula dengan gaya hidup akan menentukan sebuah nasib bangsa, jika gaya hidup seperti demikian terus menjadi maka bangsa kita akan lebih lama lagi merasakan keterpurukannya.