KECAMATAN CISEWU LAUTAN
API
Sejarah Masa OKD dan
Tentara Meredam Pemberontakan DI/TII ditahun ‘55
Poto : Kertosoewiryo
“TURUN
Kehed1)! Bebel OKD2)!” . Begitulah teriakan para anggota
gerombolan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) kepada OKD (Organisasi
Keamanan Desa) yang terus melancarkan serangan kepada gerombolan yang tengah
membakar puluhan rumah di pusat pemerintahan Kecamatan Cisewu. Kahri (Salah
seorang anggota OKD) bersama enam anggota OKD lainnya antaralain : Aman, Dayat,
Empud, Taif (anggota BPOKD), dan lainnya. Tidak gentar melawan pasukan musuh
yang semakin ganas memporakporandakan rumah-rumah penduduk. Senapan jenis
stayer, stand, M pil terus menurus ditembakan ke arah lawan dari markasnya,
istilahnya BEPAK, bertempat di sebuah Pasir (bukit) Pilar dekat Gunung Gedogan,
satu bukit di Desa Cisewu, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut.
Hasil latihan menembak selama
berbulan-bulan di Lapang Lemah Luhur dan di Datar Lame (Kampung Lio
sekarang) Desa Cisewu, mereka praktekan
saat itu. Latihan tersebut, sebagaimana diceritakan Kahri, atas bimbingannya
pak Ujun, pak Dadi, pak Suharyat, Sersan Darmanto dari Garut kota.
Peristiwa
pertempuran itu, berawal dari laporan pak Oman (Bapaknya pak Totong, orang
Cisewu tentu tahu), yang melihat segerombolan orang berbaju hijau dan bertopi
baja sedang berjalan di Gugunungan (Piket) menuju arah Cisewu. Oman langsung
menyampaikan kejadian tersebut kepada Kahri, yang kebetulan sedang menyadap
Aren. Kahri segera memberitahu teman-temannya. Ketika hari menjelang maghrib,
Kahri dan kawan-kawan segera naik ke Pasir Pilar. Hinngga terjadilah kontak
senjata, saling berbalas tembakan dengan pasukan DI/TII. Tampak api membara di
seputar langit Cisewu. Jeritan dan tangisan penduduk bercampur dengan suara
letusan senapan. Cisewu menjadi lautan api. Cisewu menjadi genting. Cisewu
luluh lantakk masa itu. Masyarakat berbondong-bondong mengungsi, seperti warga
Kp. Cikangkung mengungsi ke daerah Cidawolong, sebuah tempat berupa tegalan,
dekat dengai sungai kecil. Sebagaimana diceritakan ayah saya (Alm. Momon
Suryaman). ketika Maghrib tiba kampung menjadi sepi di tinggalkan penghuninya
mengungsi.
Ada yang aneh dalam kejadian pembakaran rumah-rumah
warga tersebut (keterangan Kahri sama seperti diceritakan beberapa tokoh
masyarakat). Beberapa bangunan selamat dari keganasan api DI/TII diantaranya:
rumah pak Naib, kantor SDN Cisewu I, dan Mesjid Al-Hasanazah (sekarang Mesjid
Agung). Konon katanya, masyarakat berpendapat tiga bangunan itu dihuni Jin.
Karena dilihat secara akal sehat, bangunan-bangunan tersebut letaknya sangat
berdekatan dengan rumah-rumah yang terbakar. Dan katanya lagi, pasukan
gerombolan sudah beberapa kali menyiramnya dengan minyak tanah, kemudian mencoba membakarnya beberapa kali
tapi tidak mempan. Mungkin itulah pertolongan Allah.
Kahri adalah salah seorang mantan anggota OKD yang
sekarang ini masih hidup. Saksi sejarah yang masih tersisa. Saya mewawancarainya: Jum’at, 1 Januari 2016
di Sanggar Seni Gagak Karancang.. Ia menjelaskan letak-letak markas OKD yang
lain, diantaranya : Pasir Ceuri (Pasir Jambu), Puncak Kamerang, Dangur,
Sukajaya, dan Cukul. Kahri dan teman-temanya selalu oper tugas dari markas satu
ke markas yang lain, dengan lama bertugas selama tiga bulan disetiap tempatnya
Bangunan markas hanya sebuah gubuk kecil beratapkan jerami, ijuk atau
daun-daunan dengan bentuk gubuk Jogo
Anjing 3).
Poto : Operasi pagar betis
Selama OKD membantu pemerintah dalam melawan DI/TII,
ujar Kahri, hanya ada dua orang anggota yang tewas dibunuh gerombolan : 1)
Ion/Aon (?) warga Desa Cikarang, tertembak di Puncak Kamerang. 2) Aman (Asal
tempat belum diketahui). Aman adalah seorang anggota OKD yang memiliki ilmu
kekebalan Batara Karang, tidak mempan ditembus peluru dan senjata tajam. Ia
tewas dibunuh musuh, ditembak bagian kemaluannya (maaf) saat buang air besar.
Salahseorang anggota gerombolan ada yang mengetahui kelemahan Aman. Keduanya dikuburkan
di Taman Makam Pahlawan Kecamatan Cisewu.
Pembakaran rumah-rumah warga yang dilakukan
gerombolan (Gorombolan, istilah orang tua dulu), rencananya bukannya hanya
dilakukan di pusat pemerintahan Cisewu tapi di daerah pinggiran desa seperti kampung
Cikangkung, Cisaninten dan Dangur. Namun ketiga kampung ini selamat berkat do’a
pak Wasa, salah seorang Upas (istilah sekarang POL PP). Pak Wasa almarhum
salahseorang tokoh masyarakat Cisewu yang tingkat ilmu kebatinannya cukup
disegani didaerahnya. Berkat kelinuhungan ilmunya, pasukan DI/TII tidak jadi
menyerang ketiga daerah ini, karena tiba-tiba diserang ribuan semut jenis
tataman (semut berbisa), ketika sedang menuruni jalan Datar Kadu.
***
Puncak pertempuaran antara OKD melawan gerombolan
DI/TII di Kecamatan Cisewu terjadi ketika peristiwa penyergapan di Cileunca, kampung
Margahayu, Desa Sukajaya. Kahri, yang hanya sekolah SR (Sekolah rakyat) sampai
kelas satu ini, bergabung dengan pasukan tentara 327 dan 308. Penyergapan itu
berasal dari laporan salahseorang warga yang awalnya kehilangan seekor kerbau.
Ketika ia menelusuri jalan setapak, tiba-tiba menemukan bercak darah. Setelah
terus diikuti sampailah pada sebuah tempat dekat sungai yang diapit dua bukit.
Ia mengintip dari atas bukit, segerombolan orang sedang berpesta, bau daging
yang dibakar tercium terbawa angin. Ia segera menyampaikan kejadian itu kepada
OKD dan tentara.
Terjadilah pertempuran hebat, penyerangan
besar-besaran. Saya ingat cerita kakek saya (almarhum Aki Apin) yang ikut dalam
peritiwa penyergapan itu, banyak perempuan-perempuan yang dijadikan budak nafsu
gerombolan tewas tertembak. Para perempuan tersebut didapatkan secara paksa
dari kampung-kampung saat melakukan penjarahan serta perampasan harta benda
penduduk. Mayat-mayat gerombolan bergelimpangan
ditembus ribuan peluru OKD dan tentara, sebagian mayat terapung diatas
sungai, air berubah menjadi merah.
Akhirnya gerombolan DI/TII di Kecamatan Cisewu
perlahan-lahan berhasil ditumpas. Cisewu berangsur-angsur aman. Apalagi setelah peristiwa “Pagar Betis” daerah
kembali normal seperti biasanya. OKD yang dibentuk pemerintah untuk menjaga
keamanan di Desa-Desa pun dibubarkan. Begitupun dengan Kahri yang diangkat
menjadi OKD oleh pak Lurah Hormat (istilah kepala desa Cisewu dulu) menyerahkan
senapan miliknya ditahun 1965. Dan kini ia tengah menikmati masa tuanya dengan
mensyukuri tunjangan penghormatan dari pemerintah.** (Cikangkung, 2 Januari 2016)
Sumber: Bapak
Kahri, mantan anggota OKD kecamatan Cisewu
GLOSARIUM :
1) Kehed
: Jenis kemaluan
laki-laki dan Istilah ini diucapkan kepada orang lain ketika benci atau marah,
dan istilah ini merupakan panggilan kasar.
2) Bebel: Istilah Sunda yang digunakan
kepada orang lain ketika benci atau marah, dan istilah ini merupakan panggilan
kasar sama seperti kehed.
3)
Jogo Anjing: satu bentuk bangunan gubuk yang
menggunakan empat tiang. Dengan ukuran kedua tiang belakang lebih pendek dari
tiang depan. Bagian atas gubuk ini tidak memiliki suhunan.
5 Comments
Uraian mengenai peristiwa seperti ini mungkin termasuk bagian dari sejarah lokal yang perlu dipublikasikan.
ReplyDeleteTrimakasih atas komentarnya. dan ditunggu kritik dan saran selanjutnya
DeleteTrimakasih atas komentarnya. dan ditunggu kritik dan saran selanjutnya
Deleteblog bagus sangat edukatif.. terimakasih
ReplyDeletepunten kang dupi Pa Kahri masih sumeneng ayeuna....sesah milari saksi sejarah dijaman ayeuna teh......
ReplyDelete