Poto : Seni Gegel Jubleg
Apa jadinya jika orang biasa-biasa mengangkat jubleg
(alas penumbuk padi) seberat 25 kg dengan giginya? Tentu saja akan rontok,
berdarah-darah. Tapi tidak bagi 4 (empat) orang ini. Mereka tak tampak
merasakan kesakitan sedikitpun. Malahan kelihatan santai sembari menari-nari,
sesekali meloncat meloncat ke punggung teman-temannya. Membuat setiap orang
terkesima.
Aris Somara, Damin, Imay, dan Tarman
begitulah sapaan akrab mereka. Mereka warga kampung Cilumbu, Desa Mekar Sewu,
Kecamatan Cisewu, yang telah lama menggeluti aliran seni debus ini. Sehingga
berkat keuletannya, jubleg yang terbuat dari kayu ini seperti ringan mereka
angkat hanya mengandalkan kekuatan giginya. Membuat para penonton meringis
seraya menutupi mulut.
Tentu saja atraksi mereka tak lepas
dari unsur magic atau mistik. Sebelum mereka berdemontrasi, ada ritual khusus
yang dipimpin oleh Abah Icang, Cahya, Sarman, dan Tori. Keempat orang ini
adalah sosok sesepuh yang sangat dihormati di kampung tersebut, berposisi
sebagai Saman jika di daerah Aceh. Do’a-do’a mereka panjatkan sebelum seni Gegel
(Gigit) Jubleg dipentaskan. Sebagai tujuan: menyalurkan kekuatan dan penolak
bala, selama pertunjukan berlangsung. Mereka percaya, seni tradisi identik
dengan mistik atau kekuatan gaib.
Seni gegel jubleg yang sering
ditampilkan Aris dan kawan-kawan ini, merupakan salahsatu bidang kelompok seni
“Giri Mekar Sewu”. Disamping itu, kelompok yang sudah berdiri 69 tahun silam
ini memiliki jenis-jenis kesenian tradisi yang lain, seperti: Reog, Angklung
Buncis, Calung, dan Kuda Lumping. Kelima jenis kesenian itu seringkali
ditampilkan secara bersamaan, baik itu di atas panggung ataupun tatkala di
acara helaran (arak-arakan). Maka keseniannya mereka sebut seni “Panca Warna.
Lima warna kesenian dalam satu kali pertunjukan.
“Panca Warna merupakan kesenian
tradisional yang sudah turun temurun dari Aki Ukri, karuhun para seniman
Cilumbu, beliau perintis kesenian buncis dan gegel jubleg ini ketika sebelum
kemerdekaan RI. Oleh karena itu, kami harus mempertahankannya sekuat tenaga,”tutur
Abah Icang (25/2) saat berbincang di
rumahnya. Selain itu, ia pun menginginkan adanya regenerasi dan perhatian dari pemerintah
daerah, supaya Gegel Jubleg dan kelompok seninya bisa berkembang tidak hilang
ditelan jaman. (Gun Gun Nugraha)
0 Comments