SMAN 12 GARUT Adakan Revitalisasi Budaya Sunda

            Lagu goyang karawang yang diiringi musik angklung buncis, dengan irama tabeuh jalan, menggema di Aula SMAN 12 Garut, kecamatan Cisewu. Membuat sebagian penonton tertarik untuk berjoget diatas panggung, sembari membawa beberapa lembar uang untuk saweran. Penabuh dog-dog; Tilingtingtit dan Badubla ditabuh dengan keras oleh dua orang siswa, terdengar harmonis dengan bunyi kendang dan gong. Para pemain buncis semakin bersemangat. Datanglah dua kuda lumping yang ditunggangi Cecep dan Akmaludin, lalu mereka menari. Pada awalnya berjalan normal. Namun tiba-tiba semakin berjalan tidak nornal.
            Cecep dan Akmal berusaha sekuat tenaga mengendalikan. Tapi, mereka semakin trance. Pemain yang lain tak menghiraukan keadaan menegangkan ini. Mereka asyik memainkan alat musiknya masing-masing. Membiarkan kuda lumping yang terbuat dari anyaman bambu itu terus mengamuk di panggung. Penonton pun seperti terhipnotis oleh pertunjukan seni tersebut. Kurang lebih dua puluh menit pertunjukan kuda lumping yang berkolaborasi dengan calung, buncis, reog itu bermain. Diselingi pementasan tari yang dibawakan Rindi Krismayanti. Diakhiri dengan gemuruh tepuk tangan, Dua Kuda Lumping pun kembali seperti semula.
            Kesenian tersebut merupakan penampilan siswa-siswi SMAN 12 Garut dari kelas XI IPA 2, diacara praktek mata pelajaran seni budaya kelas XI. Sengaja mereka pilih kesenian kuda lumping ini, untuk mengembangkan kesenian tradisional di sekolahnya. “Saya merasa bangga bisa memperkenalkan kesenian buhun ini ke teman-teman. Agar mereka mau belajar dan ada itikad untuk mengembangkan kesenia tradisional ini di sekolah,” ujar Iing Lukmanul Hakim, ketua kelompok Buncis. Ia menjelaskan, bahwa kesenian tradisi bukanlah kesenian untuk usia tua saja. Namun untuk seluruh generasi, karena seni sifatnya Universal.
            Selain Kuda Lumping, siswa-siswi dari kelas sebelas yang lain pun tidak kalah menariknya. Mereka tampilkan beragam jenis kesenian tradisional yang dikemas secara apik dan menarik, antara lain; Girl Band Jadul Ala Ema, yang dimotori Neng Diana ( memadukan tari, sisindiran, dan drama), Tari Goyang Karawang, Tari Ronggeng Imut, Angklung Topeng di pimpin Sumyati, Calung Rampak Enam dan Sahabat Calung, Reog modern pimpinan Bang Topan, Pencak Silat, Jaipong Kembang Tanjung, dan sebagainya.
            “Ini adalah momen dimana lembaga-lembaga pendidikan harus mulai ada perhatian penuh untuk mengarahkan siswa-siwanya mencintai budaya lokalnya. Karena saat ini, banyak kesenian tradisi yang sudah punah. Oleh karena itu, sekolah punya kewajiban untuk mengembangkankannya. Sisi edukasi di dalam seni jelas sekali ada; Etika, gotong royong, rasa persaudaraan, dan lain sebagainya,” tutur  Dian Susanto, S.Pd (26/4), Wakasek kurikulum SMAN 12 Garut. Ditambahkan H.Mumuh Muhtar, guru kimia sekaligus pecinta budaya Sunda, ia berharap kegiatan pentas seni tradisi seperti itu harus terus dilakukan, agar potensi siswa-siswa bisa dikembangkan dan memiliki nilai jual bagi sekolah. (Gun Gun Nugraha)