Kampung Cikangkung di Landa Kekeringan, Warga Lakukan  Gelar Budaya "Miara Hulu Cai" di Hajat Lembur



Tetabuhan terus dimainkan para seniman, menggema ke seluruh kampung, mengiringi perjalanan seniman dan masyarakat menuju sumber Air. Aki Emis (78),  seorang sesepuh duduk bersimpuh, memimpin do'a, disertai beberapa tokoh masyarakat yang lain. Asap kemenyan membumbung ke angkasa. Kemudian 7 (Tujuh) buah garam dapur dilemparkan ke tengah tengan mata Air yang tengah mulai surut.

Begitulah, ritual "Miara Hulu Cai" dilakukan masyarakat kp. Cikangkung, Rw. 06, Desa Cisewu, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut (29/10). Sebuah kegiatan budaya dengan tujuan agar masyarakat sadar menjaga alam, yang saat ini dilanda kerusakan. Berdampak pada berkurangnya sumber vital kehidupan masyarakat. Pembabatan hutan secara masif, air menyusut. Kini masyarakat tengah dilanda bencana kekeringan, setelah beberapa bulan terjadi musim kemarau hingga saat ini.

 "Apa yang terjadi di daerah kami, sangatlah tepat dijadikan sebuah tema di kegiatan budaya "Hajat Lembur Kampung Cikangkung" tahun ini, " ujar anggi Pebriana ketua pelaksana Kegiatan (6/10).

Acara Hajat Lembur yang di gelar di kp. Cikangkung, Rt. 02, RW. 06, Desa Cisewu, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut ini,  difasilitasi oleh Rumah Budaya Sunda Galuh Pakuan Kecamatan Cisewu, sebuah Sanggar seni yang konsen terhadap pelestarian budaya sejak 2009 yang lalu, dan didukung oleh Jalu Fartner (pimpinan Mfey Ferdi).

Turut hadir dalam event tahunan yang dilaksanakan tanggal 27, 28, 29 September yang lalu itu,  beberapa orang budayawan Bandung. kegiatan Hajat Lembur Kampung cikangkung 27, 28, 29 September baru baru ini. Seperti :
Bah Nanu (Mas Nanu Muda), Agus Injuk, Ridwan CH. Madris, dan Yakob.

  "Manusia dan Alam adalah sebuah sistem, yang tak bisa dipisahkan satu sama lain. Jika manusia merusaknya, maka tunggulah akibatnya, akan berdampak pada manusia sendiri, " tutur Ridwan.
   
 Selain Ridwan, Bah Nanu pun sangat mengapresiasi Hajat Lembur yang diisi beberapa jenis seni tradisional ini, antara lain : Wayang Golek ( pimpinan Ki Dalang Kodrat Taryana), Gegel Jubleg, Reog, Calung Campaka Wargi, Jaipongan Swanda Tari, Lais, dan Bajidoran (Ida Zipo).

"Budaya leluhur harus terus dijaga, alam harus terus di pelihara. Agar manusia menuai balasan kebaikan dari semesta. Saya berharap, acara tahunan ini terus dilaksanakan, sehingga kesadaran masyarakat akan menjaga budaya dan menjaga alam kembali dilakukan seperti leluhurnya dahulu",  papar dosen ISBI Bandung  tersebut. (Galuh)